Kamis, 15 April 2010

Asal Usul Doa Rosario


Kata Rosario berasal dari bahasa latin , rosarium (dari akar kata Latin,
rosa = bunga mawar), yang berarti karangan bunga mawar.

Dalam Yes 11: 1 " suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai dan taruk yang
akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah."Tunas yaitu keturunan baru dari
Isai dan Taruk itu melambangan Maria. Buah melambangkan Yesus yang lahir
dari Maria.




Anna, Ibu Maria semula adalah wanita mandul, tetapi kemudian secara ajaib
mengandung Maria. Maria seorang perawan yang secara ajaib melahirkan Yesus.
Sehingga tak mengherankan Maria digambarkan sebagai Mawar yang ajaib.

Lebih dalam lagi penjelasan mengenai Rosario diajarkan oleh Santo Louis de
Montfort. Beliau menjelaskan bahwa mawar itu melambangkan Yesus dan Maria
dalam kehidupan, kematian dan keabadian. Daunnya adalah misteri kegembiraan,
durinya adalah misteri sengsara, bunganya adalah misteri kemuliaan,
kuncupnya adalah masa kanak-kanak Yesus dan Maria, kelopaknya yang terbuka
adalah lambang penderitaan mereka. Mawar yangmerekah melambangkan kemenanan
serta kemuliaan Yesus dan Maria.

Ada 2 tradisi mengenai asal usul Doa Rosario ini.

Versi pertama adalah pada awal abad 12, Bunda Maria menampakkan dirinya dan
memberikan rosario pada Santo Dominikus pendiri Ordo Dominikan dan meminta
Dominiskus untuk mewartakan rosario ini. Pada masa itu Santo Dominikus
sedang berjuang melawan kaum bidaah Albigensian. Bunda Maria berjanji bahwa
karya kerasulannya akan berhasil jika Dominikus dengan setia mendoakan dan
mewartakan Doa Rosario ini. Dalam sejarah akhirnya, Dominikus dan
pengikutnya dari abad 12 sampai abad 14 berhasil ' mematikan' bidaah
Albigensian dengan jalan menggalakkan Doa Rosario dan merenungkan
misteri-misteri penyelamatan. Bersama-sana dengan Ordo Kartusian ( yang
membagi doa salam maria dalam 'sepuluh-sepuluhan' dan menyisipkan doa Bapa
Kami di antara tiap 'perpuluhan"-nya) menerbitkan buku penuntun,
berkothbah tentang peranan doa rosari dan menggalakkan Persekutuan Rosario.
Santo-santo besar lainnya seperti Petrus Kanisius, Philipus Neri, Louis de
Montfort, Beato de la Roche, hanya mengikuti jejak Santo Dominikus. Bisa
dimaklumi sehingga akhirnya dunia menyakini bahwa Doa Rosario ini berasal
dari Santo Dominiskus meskipun pada awal abad 5 pada masa Santo Benedictus,
orang sudah mengenal untaian manik-manik untuk menghitung doa vocal yang
didaraskan berulang-ulang.

Versi kedua, setelah mapan secara historis kemudian mulai mendapat dukungan
dari lingkungan kepausan dan dimasukkan dalam bulla kepausan ( surat resmi
kepausan menyangkut ajaran Gereja yang harus diimani). Hal ini karena Gereja
melihat Doa Rosario menjadi doa perang suci baik ketika Santo Dominikus
berperang melawan kaum Albigensian dan kemenangan Armada Laut Kristen atas
Turki di Lepanto Timur Tengah tanggal 7 Oktober 1571. Perlu diketahui
Armada Laut Turki dibawah pimpinan Halifasha adalah armada laut yang kuat
dan sudah menghancurkan semua pelabuhan Katolik di Eropa - Armada Laut
Kristen adalah gabungan dari Armada Laut Eropa dibawah pimpinan Don Yuan
dari Austria yang tidak memiliki kekuatan yang berarti. Don Yuan dari
Austria terkenal mempunyai devosi yang kuada pada Bunda Maria. Pertempuran
ini seperti pertempuran Daud dan Goliath. Armada Laut Kristen ketika maju
berperang setiap anggotanya memegang rosario di tangan kanan dan senjata di
tangan kiri. Sementara itu, Paus Pius V menyerukan kepada setiap orang
Katolik di Eropa bersatu berdoa Rosario. Pada saat perang berkobar
Persekutuan Rosario Roma sedang mengadakan pertemuan di gereja Minerva,
markas besar Ordo Dominikas. Kala itu mereka mendaraskan rosario dengan
intensi khusus yakni agar Gereja menang atas musuh-musuhnya. Sehingga Paus
Clemens XI ( tahun 1667- 1669) kemudian menentukan hari Minggu pertama bulan
Oktober sebagai Pesta Rosario Santa Perawan Maria untuk memperingati
kemenangan di Lepanto.

Isi dokumen dalam bulla kepausan memberikan indulgensi bagi mereka yang
berdoa rosario demi ujud yang tercantum dalam bulla tersebut. Dukungan
kepausan ini memang tidak untuk mengukuhkan kebenaran mistik Santo Dominikus
sebagai fakta sejarah tetapi lebih berupa dukungan untuk mengembangkan
devosi kepada Bunda Maria. Tradisi ini memang pernah populer tapi secara
historis kurang dikenal luas.

Versi kedua ini berpusat pada devosi kepada Yesus dan Maria yang muncul pada
abad 12. Pada saat itu ada kerinduan dari Gereja mengikutsertakan rahib dan
umat yang tidak mampu membaca menawarkan doa alternatif sebagai ganti
mendaraskan 150 mazmur dalam ibadat harian. Karena itu sebagai pengganti
mazmur mereka mendaraskan 150 doa bapa kami dengan mengunakan manik manik.
Berkembangya devosi kepada Yesus dan Maria maka manik manik itu dipakai
untuk mendoakan doa salam maria. Usaha ini sudah dirintis oleh Santo Petrus
Damanianus ( sekitar 1072).

Doa salam maria lahir dari proses yang panjang dan baru sempurna terbentuk
pada abad ke 15. Doa ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah
salam malaikat Gabriel kepada Maria, sekitar tahun 1260-an digabungkan
denagn Pujian Elizabeth kepada Maria. Kata 'YESUS' sendiri baru
ditambahkan pada abad ke 13. Bagian kedua " Santa Maria, Bunda Allah,
doakanlah kami yang berdosa ini,sekarang dan waktu kami mati. Amin." Bagian
ini ditambahkan pada abad ke 15, sebagai hal yang logis berkenaan dengan
ajaran MARIA SEBAGAI BUNDA ALLAH (THEOTOKOS) pada konsili Efesus tahun 431.

Sumber dari buku Rosario - Sejarah dan Misteri Kuasanya dan buku Misteri
Cahaya Membarui Rosario di Milenium III
Pengarang : Willem Daia, Pr
Penerbit ; Yayasan Pustaka Nusatama



Senin, 05 April 2010

Bapa kami

Berikut adalah Bapa Kami dalam beberapa bahasa...

Original text in Greek

Πάτερ ἡμῶν ὁ ἐν τοῖς οὐρανοῖς·
ἁγιασθήτω τὸ ὄνομά σου·
ἐλθέτω ἡ βασιλεία σου·
γενηθήτω τὸ θέλημά σου, ὡς ἐν οὐρανῷ καὶ ἐπὶ τῆς γῆς·
τὸν ἄρτον ἡμῶν τὸν ἐπιούσιον δὸς ἡμῖν σήμερον·
καὶ ἄφες ἡμῖν τὰ ὀφειλήματα ἡμῶν,
ὡς καὶ ἡμεῖς ἀφίεμεν τοῖς ὀφειλέταις ἡμῶν·
καὶ μὴ εἰσενέγκῃς ἡμᾶς εἰς πειρασμόν,
ἀλλὰ ῥῦσαι ἡμᾶς ἀπὸ τοῦ πονηροῦ.
[Ὅτι σοῦ ἐστιν ἡ βασιλεία καὶ ἡ δύναμις καὶ ἡ δόξα εἰς τοὺς αἰῶνας. ἀμήν.]




Latin liturgical version

Pater noster, qui es in caelis:
sanctificetur Nomen Tuum;
adveniat Regnum Tuum;
fiat voluntas Tua,
sicut in caelo, et in terra.
Panem nostrum cotidianum da nobis hodie;
et dimitte nobis debita nostra,
Sicut et nos dimittimus debitoribus nostris;
et ne nos inducas in tentationem;
sed libera nos a Malo.

Syriac Aramaic liturgical version

ܐܒܘܢ ܕܒܫܡܝܐ
ܢܬܩܕܫ ܫܡܟ
ܬܐܬܐ ܡܠܟܘܬܟ
ܢܗܘܐ ܨܒܝܢܟ
ܐܝܟܢܐ ܕܒܫܡܝܐ ܐܦ ܒܐܪܥܐ
ܗܒ ܠܢ ܠܚܡܐ ܕܣܘܢܩܢܢ ܝܘܡܢܐ
ܘܫܒܘܩ ܠܢ ܚܘܒܝ̈ܢ
ܐܝܟܢܐ ܕܐܦ ܚܢܢ ܫܒܩܢ ܠܚܝܒܝ̈ܢ
ܘܠܐ ܬܥܠܢ ܠܢܣܝܘܢܐ
ܐܠܐ ܦܨܢ ܡܢ ܒܝܫܐ
ܡܛܠ ܕܕܝܠܟ ܗܝ ܡܠܟܘܬܐ
ܘܚܝܠܐ ܘܬܫܒܘܚܬܐ ܠܥܠܡ ܥܠܡܝܢ
ܐܡܝܢ܀

Catholic (without doxology)[5]
and 1928 Anglican BCP (with doxology)[6]

Our Father who art in heaven,
hallowed be thy name.
Thy kingdom come.
Thy will be done
on earth as it is in heaven.
Give us this day our daily bread,
and forgive us our trespasses,
as we forgive those who trespass against us,
and lead us not into temptation,
but deliver us from evil.
[The 1928 BCP adds:
For thine is the kingdom,
and the power, and the glory,
for ever and ever.]
Amen.


1662 Anglican BCP[7]

Our Father, which art in heaven,
hallowed be thy name;
thy kingdom come;
thy will be done,
in earth as it is in heaven.
Give us this day our daily bread.
And forgive us our trespasses,
as we forgive them that trespass against us.
And lead us not into temptation;
but deliver us from evil.
[For thine is the kingdom,
the power, and the glory,
for ever and ever.]
Amen.


1988 ELLC[8]

Our Father in heaven,

hallowed be your name,
your kingdom come,
your will be done,

on earth as in heaven.

Give us today our daily bread.
Forgive us our sins

as we forgive those who sin against us.

Save us from the time of trial

and deliver us from evil.

[For the kingdom, the power, and the glory are yours

now and for ever.] Amen.


Japanese:
天におられるわたしたちの父よ、
み名が聖とされますように。
み国が来ますように。
みこころが天に行われるとおり地にも行われますように。
わたしたちの日ごとの糧を今日もお与えください。
わたしたちの罪をおゆるしください。わたしたちも人をゆるします。
わたしたちを誘惑におちいらせず、
悪からお救いください。
アーメン

Vietnam :
Lạy Cha chúng con ở trên trời,
chúng con nguyện danh Cha cả sáng,
nước Cha trị đến,
ý Cha thể hiện dưới đất cũng như trên trời.
Xin Cha cho chúng con hôm nay lương thực hằng ngày
và tha nợ chúng con
như chúng con cũng tha kẻ có nợ chúng con.
Xin chớ để chúng con sa trước cám dỗ,
nhưng cứu chúng con cho khỏi sự dữ.
Amen.

Arabian Lebanon :
Abūna ellé bel-sama,
Xallé esmak yet’addas,
Xallé malakūtak yejé,
Xallé mašī’tak tşīr bel-aređ metel ma bel-sama.
Xebezna ħājetna kel yōm cţīna yyē.
W sēmeħelna ğalaţna metel ma neħna mensēmeħ lallé ğelţo macna.
W ma tdaxxelna bel-tajerbé,
Bas xalleşna men el-šar.
La’anno la-elak el-malakūt w el-uwwé w el-majed lal-abad. Ēmīn.


Anglo Saxon :
Fæder ūre, þū þe eart on heofonum;
Sīe þīn nama ȝehālgod,
tō becume þīn rīċe,
ȝeƿurþe þīn ƿilla,
on eorðan sƿā sƿā on heofonum.
Ūrne ȝedæȝhƿamlican hlāf sele ūs tōdæȝ,
and forȝif ūs ūre gyltas,
sƿā sƿā ƿē forȝifaþ ūrum gyltendum,
and ne ȝelǣd þū ūs on costnunge,
ac ālīes ūs of yfele, sōþlīce. Amen

Estonian :
Meie Isa, kes Sa oled taevas,
pühitsetud saagu Sinu nimi.
Sinu riik tulgu,
Sinu tahtmine sündigu
kui taevas nõnda ka maa peal.
Meie igapäevane leib anna meile tänapäev.
Ja anna andeks meile meie võlad,
kui ka meie andeks anname oma võlglastele.
Ja ära saada meid mitte kiusatuse sisse,
vaid päästa meid ära kurjast:
sest Sinu päralt on riik, ja vägi, ja au igavesti,
Aamen.


Frankish :
Fater unsêr,
thu in himilom bist,
giuuîhit sî namo thîn,
quaeme rîhhi thîn,
uuerdhe uuilleo thîn,
sama sô in himile endi in erthu.
Broot unseraz emezzîgaz gib uns hiutu,
endi farlâz uns sculdhi unsero,
sama sô uuir farlâzzêm scolôm unserêm,
endi ni gileidi unsih in costunga,
auh arlôsi unsih fona ubile. Amen


Romana :
Pater hēmōn, ho en tois ouranois
hagiasthētō to onoma sou;
elthetō hē basileia sou;
genethetō to thelēma sou,
hōs en ouranōi, kai epi tēs gēs;
ton arton hēmōn ton epiousion dos hēmin sēmeron;
kai aphes hēmin ta opheilēmata hēmōn,
hōs kai hēmeis aphiemen tois opheiletais hēmōn;
kai mē eisenenkēis hēmas eis peirasmon,
alla rhusai hēmas apo tou ponērou.
[Hoti sou estin hē basileia, kai hē dúnamis, kai hē doxa eis tous aiōnas;]
amēn.


Portugis :
Pai nosse qui está ne céos,
santificádo seja tua nomi,
venho nós a tua Reyno,
seja fêto a tua vontade,
assi ne terra, como ne céos;
O pan nosse de cada dia nos dá ojo,
e perdová nós nosse dívidas,
assi como nós perdovamos nosse dividóris,
e nan nos desse caí em tentaçan,
mas livra nós de mal.
Amen.

Indian Queqhua:
Hanaq pachapi Taytayku,
sutiki yupaychasqa kachun,
gobiernoyki hamuchun.
Munasqayki rurasqa kachun,
kay pachapipas hanaq pachapi hina.
Sapa punchaw mikunaykupaq kunan qowayku.
Hinaspa pampachawayku huchaykuta,
ñoqaykupas mana allin rurawaqniykuta
pampachasqaykuman hina.
Amataq permitiychu pruebasqa kanaykupaq,
aswan librawayku diablomanta.
(Qamqa wiñaypaqmi gobiernanki, hatun atipaynikimantam wĩna-wiñaypaq llapa ima alabasunki.
Amén.)


Malaysia :
Ya Bapa kami yang di shorga,
biar-lah nama-mu di-kuduskan.
Datang-lah kraja’an-mu.
Jadi lah kahandak-mu, sperti di shorga
bgitu juga di atas bumi.
Bri-lah sama kami ini hari makanan
kami yang s-hari-s-hari.
Dan ampunkan-lah hutang-hutang kami,
sperti kami sudah ampunkan orang yang
berhutang sama kami.
angan-lah bawa kami masok dalam pnchoba’an
ttapi lpaskan-lah kami deri-pada yang jahat.’ Amin

Belanda :
Unzen Vader in de hemelen,
laot dienen name eheilegd worden;
laot dien könninkriek kommen;
laot dienen wille gebeuren
op de eerde zo as in den hemel.
Gef uns noo uns dageleks brood
en vergef uns unze scholden
zo as ok wi-j vergeft
wee bi-j uns in de schold staot;
en breng ons neet in verzeuking,
maor maak uns vri-j van 't kwaod.
Want van Di-j is het könninkriek
en de krach en de glorie
noo en alle dage.
Amen.


Kroasia :
Oce nas,
koji jesi na nebesima,
sveti se ime Tvoje,
dodji kraljevstvo Tvoje,
budi volja Tvoja kako na nebu tako i na zemlji.
Kruh nas svagdanji daj nam danas
i otpusti nam duge nase,
kako i mi otpustamo duznicima nasim,
i ne uvedi nas u napast,
nego izbavi nas od zla,
Amen.

Chilli :
Padre Nuestro
que estás en el cielo,
santificado sea tu nombre,
venga a nosotros tu reino,
hágase tu voluntad
así en la tierra como en el cielo.
Danos hoy nuestro pan de cada día,
y perdona nuestras ofensas
como nosotros perdonamos a los que nos ofenden.
No nos dejes caer en la tentación
y líbranos del mal.
Amén.


Sunda :
Kanjeng Rama nu jumeneng di sawarga
Mugi dimulyakeun panjenengan Gusti
Mugi sumping karajaan Gusti
Mugi kalaksanakeun pangersa Gusti
Di dunya sapertos di sawarga
Mugi Gusti maparing rejeki ka abdi sadaya dina dinten ieu
Sareng mugi Gusti ngahapunten kalepatan abdi sadaya
Sapertos abdi sadaya oge ngahapunten kanu garaduh kalepatan ka abdi
Sareng mugi Gusti ulah ngalebeutken abdi sadaya kana panggoda
Nanging mugi Gusti ngalepaskeun abdi sadaya tina kaawonan
Amin


Tagalok ( Filifina ) :
Ama namin na sa langit ca ypasamba mo ang ngalan mo,
moui sa amin ang pagcahari mo.
Ypa sonod mo ang loob mo dito sa lupa parang sa langit,
bigyan mo cami ngaion nang amin cacanin, para nang sa araoarao,
at pacaualin mo ang aming casalanan,
ya iang uinaualan bahala namin sa loob
ang casalanan nang nagcasasala sa amin.
Houag mo caming aeun nang di cami matalo nang tocso.
Datapouat yadia mo cami sa dilan masama.
Amen,

Batak Karo :
O bapa kami si i Surga
Terpujilah gelarndu si Badia
Rehlah min KinirajanNdu
Sehlah min peratenNdu i doni enda bagi i Surga
Bereken min man kami nakan cukup ibas wari si sendah enda
Alemi min salah kami bagi ialemi kami salah kalak kempak kami.
Ula min kami ibaba kam ku bas percuban tapi pulahi min kami ibas si jahat nari.
(Sabap kam kap si mada Kinirajan ras Kuasa ras Kemulian si ndeka-ndekahna. Amin.)

Batak Toba :
Ham Bapanami na i nagori atas.
Sai pinapansing ma Goranmu.
Sai roh ma harajaonmu.
Sai saud ma harosuh nu uhurmu i nagori
tongah on songon na i nagori atas.
Bere Ham ma bannami sadari on hagoluhan ari-ari.
Sasap Ham ma dousanami songon panasapnami bani dousa ni hasoman,
na mardousa dompak hanami.
Ulang ma bobai Ham hanami hu parlajouan,
tapi paluah Ham ma hanami humbani pangagou.
Ai Ham do simada harajaon ampa hagogohon
ampa hasangapon sadokah ni dokahni.
Amen.

Dayak (kanayatn) :
Apa' kami nang ka' soebajatn ;
Dinjoengka'atn Dama kita'
Ataknglah keatn karajaan Kita'
Ka' Doenia sintakng ka' Soebajatn...
Bare' kami toeah rajaki ari ngian...
Man lapasatn kasalahatn kami,
lea kami ngalapas oenang nang djahat ka' kami.
Amelah nama'an kami ka' Panjoebaatn,
Tapi lapasatn kami dari nang djahat. Amin


Jawa :
Kanjěng Rama ing swarga
Mugi asma Dalěm kaluhurna
Kraton Dalěm kawiyarna
Ing donya inggih kalampahana
Karsa Dalěm kados ing swarga.
Abdi Dalěm sami nyadhong paring Dalěm rějěki kanggé sapunika
Sakathahing lěpat nyuwun pangapuntěn Dalěm
Kados déné anggèn kawula ugi ngapuntěn dhatěng sěsami
Abdi Dalěm nyuwun lěpat saking panggoda
Saha tinebihna saking piawon.
Amin.

Russian :
Πάτερ ἡμῶν ὁ ἐν τοῖς οὐρανοῖς
ἁγιασθήτω τὸ ὄνομά σου·
ἐλθέτω ἡ βασιλεία σου·
γενηθήτω τὸ θέλημά σου,
ὡς ἐν οὐρανῷ καὶ ἐπὶ τῆς γῆς·
τὸν ἄρτον ἡμῶν τὸν ἐπιούσιον δὸς ἡμῖν σήμερον·
καὶ ἄφες ἡμῖν τὰ ὀφελήματα ἡμῶν,
ὡς καὶ ἡμεῖς ἀφίεμεν τοῖς ὀφειλέταις ἡμῶν·
καὶ μὴ εἰσενέγκῃς ἡμᾶς εἰς πειρασμόν,
ἀλλὰ ῥῦσαι ἡμᾶς ἀπὸ τοῦ πονηροῦ.
[Ὅτι σοῦ ἐστιν ἡ βασιλεία καὶ ἡ δύναμις καὶ ἡ δόξα εἰς τοὺς αἰῶνας· ἀμήν.]

Selasa, 30 Maret 2010

Malaikat Dalam Katolik


Dalam Kepercayaan Katolik kita mengenal adanya malaikat, yaitu mahluk yang telah terlebih dulu diciptakan oleh Tuhan sebelum manusia dijadikan. Malaikat memiliki tugas untuk melakukan tugas yang telah diberikan oleh Tuhan, seperti menyampaikan firman, melindungi umat-Nya, dll. Agama Katolik menghormati 3 malaikat agung yaitu St. Michael, St Gabriel, serta St Raphael. Ketiga malaikat ini tidaklah asing karena nama mereka ada pada Alkitab Katolik.


St Michael adalah malaikat pelindung umat Allah ( Yahweh ). Ia digambarkan sebagai manusia bersayap lengkap dengan perlengkapan perang, seperti baju zirah, tombak, pedang, dan perisai. Nama Michael muncul di kitab Wahyu ( 12 : 7 ), Daniel (10 : 13 ), dan surat Yudas ( 1 : 9 ). Berikut kutipan kitab Wahyu
"Maka timbulah peperangan di sorga, Michael dan malaikat malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu malaikat malaikatnya....( Why 12 : 7 )"St


Gabriel adalah malaikat pembawa pesan dari Allah ( Yahweh ). Dialah yang memberitahukan tentang kelahiran Yohanes Pembabtis serta memberitahu Maria mengenai kelahiran Kristus. Ia digambarkan sebagai manusia bersayap yang membawa buku yang berisi firman Allah ( Yahweh ) .Namanya muncul di kitab Zakaria serta injil Lukas.
" Akulah Gabriel yang telah melayani Allah dan aku telah berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu....( Luk 1 : 19 )"


St Raphael adalah malaikat yang dapat menyembuhkan. Namanya tidak muncul dalam Kanon kristen Protestan, tetapi ada dalam Kanon katolik, yaitu pada Deuterokanonika Tobit. Di situ digambarkan St Raphael menyamar sebagai manusia sebagai teman perjalanan yang lebih muda dari Tobias ( Tobit ). Sewaktu menyamar ia memakai nama " Azarias putera Ananias Besar ". Selama perjalanan, pengaruh tentang malaikat pelindung ditampilkan dalam banyak hal termasuk pengikatan setan di gurun pasir. Setelah kembali dan menyembuhkan kebutaan Tobias yang sudah tua, Azarias membuat dirinya dikenal sebagai "Malaikat Raphael, yaitu salah satu dari tujuh, yang berdiri dihadapan Tuhan" ( Tob 12 :15 ).

Dalam Perjanjian Baru, hanya nama Michael dan Gabriel yang disebutkan. Tetapi secara samar, ada kutipan Injil Yohanes yang menyebut dan merujuk padanya.
" Seorang malaikat Tuhan turun kedalam kolam dan menggoncangkan air kolam tersebut. Barangsiapa yang lebih dulu masuk kedalamnya sesudah goncangan air itu, ia akan sembuh, apapun penyakitnya..." ( Yoh 5 : 4 )
Ia digambarkan sebagai manusia bersayap yang memegang Staff ( sejenis tongkat untuk berjalan ).Ketiga malaikat di atas dalam Tradisi Katolik Roma dan Ortodhox dianggap sebagai tiga malaikat agung. Mereka dikanonisasi Katolik dan dirayakan tanggal 29 September ( Pesta Malaikat Agung ).



Selain itu di dalam kepercayaan Yudaisme ( Agama Yahudi ), Katolik Orthodox, serta Katolik Anglikan, masih ada beberapa malaikat lainnya yang dikanonisasi. mereka ialah :

St Uriel yaitu salah satu malaikat penjaga yang disebutkan dalam kitab Henokh. Menurut ajaran Yudaisme, dialah yang bertanggung jawab memberitahu Nuh akan datangnya banjir besar. Dalam kitab ini, Raphael, Michael, Gabriel, dan Uriel yang akan bersaksi atas nama umat manusia di akhir zaman. Di kitab Henokh juga diceritakan bahwa uriel adalah pemimpin dalam penghukuman para malaikat yang menikah dengan manusia. Serta para Nefilim, yaitu mahluk setengah malaikat setengah manusia.
Oleh Gereja Orthodox dan Anglikan, ia digambarkan membawa pedang dan api yang menyala di hatinya.


St Selaphiel atau Selathiel dalam Katolik Orthodox adalah malaikat yang membantu dalam penyampaian doa kepada Yahweh ( Allah ). Ia digambarkan sebagai manusia bersayap yang rendah hati, ia melipat tangannya pada dadanya, dan menggambarkan sedang berdoa. Dalam tradisi Katolik, ia digambarkan membawa 2 ikan yang tergantung pada tali serta staff yang terikat labu.Namanya berarti "Doa Tuhan"


St Jegudiel atau Jehudiel adalah malaikat yang digambarkan memegang mahkota dan juga cambuk berpilin 3. Ia dikenal sebagai Malaikat Pembawa Cinta Kasih Allah. Kadang kala ia digambarkan Membawa hati yang bernyala ditangannya. Menurut Gereja Orthodox , ia adalah malaikat atas hari Jumat.



St Baraqiel adalahmalaikat yang juga merupakan salah satu dari 4 seraphim. Dia digambarkan sebagai seorang pangeran dan mengepalai 460.000 malaikat. Ia dianggap sebagai malaikat petir. Dan tertuju pada malaikat yang jatuh. Namun ada beberapa pihak yang menyebutkan malaikat yang jatuh tadi sebagai Lucifer yang namanya berarti pembawa terang. Lucifer juga disebut sebagai salah satu kerub yang melayani Allah, tetapi akhirnya membangkang dan dibuang ke neraka, serta menjadi pencoba iman manusia. Tetapi kasus Lucifer bukanlah gambaran Baraqiel. Baraqiel adalah salah satu malaikat yang melayani Allah. Sekiranya mungkin Remiel mendekati pengertian lain dari Baraqiel, yang berarti Guntur Allah.


St Jeremiel memiliki arti nama sebagai " Peninggi Allah ". Dia bertugas menguatkan iman terhadap Allah, serta membuat kita bisa menimbang perbuatan yang akan kita lakukan ( Hati Nurani ). Dia digambarkan membawa Timbangan.

Senin, 22 Maret 2010

Penampakan St Maria Di Mexico ( Guadalupe )


Pada dini hari tanggal 9 Desember 1531, sehari setelah pesta Maria Yang Dikandung Tanpa Noda, di suatu tanah luas disebelah utara kota Meksiko, seorang sedang berjalan sendirian menuju Misa pagi. Juan Diego adalah seorang pria berumur 57 tahun dari suku Aztec yang telah dibaptis, yang nama aslinya adalah Elang Bernyanyi.
Dia tinggal 8 kilometer diluar kota Meksiko, di kampung Tolpetlac. Juan tinggal sendirian, tetapi dia sangat dekat dengan pamannya yang sangat dikasihinya. Pamannya tersebut, Juan Bernardino, telah menjadi figur ayah baginya selama ini, dan dia telah tua renta. Sekarang giliran Juan Diego untuk menjaganya.

Setiap hari Juan Diego akan mengunjungi rumah pamannya untuk mengurusi pamannya dan menengok tanaman di kebun pamannya. Tetapi pada hari Sabtu yang dingin itu, Juan Bernardino tidak melihat keponakannya datang. Juan Diego telah meninggalkan desanya pagi-pagi sekali untuk menghadiri Misa pagi dalam memperingati Bunda Maria. Gerejanya terletak di desa Tlaltelolco dan para romo disana selalu menekankan pentingnya untuk datang ke Misa Kudus sebelum dimulai, dan memanggil satu-persatu nama-nama orang yang sudah dibaptis sebelum Misa Kudus dimulai.

Ketika berlari-lari melewati perbukitan seperti biasanya, Juan Diego menghentikan langkahnya tiba-tiba karena mendengar suara yang diduganya adalah suara burung. Ini sangat membuatnya terheran-heran karena pada bulan sekian, semestinya semua burung-burung sudah bermigrasi ke wilayah yang lebih hangat. Agaknya suara kicauan itu begitu tajam dan mengejutkan...sesuatu yang tidak dapat diabaikan. Serentetan nada yang serasi datang dari bukit kecil yang tandus yang disebut Tepeyac dimana dulunya disana berdiri suatu kuil bagi Bunda Dewi yang dipuja oleh suku Aztec.

Sekonyong-konyong suara musik itu berhenti diisi dengan keheningan, lantas terdengar suara seorang wanita yang memanggil-manggil namanya:

"Juan! Juan Diego! Juanito! Juan Dieguito!"

Siapapun orangnya, panggilan itu membuatnya sangat terdorong untuk menemui orangnya. Dia berlari ke puncak bukit dan baru setibanya dia disana dia melihat sesuatu. Seorang gadis Meksiko muda yang berusia sekitar 14 tahun dengan kilauan keemasan yang terpancar dari sekujur tubuhnya dari kepala sampai ke kaki. Segala pancaindera Juan Diego terliputi seolah dunia telah menghilang dan yang ada hanyalah penglihatan akan gadis muda yang sangat cantik dan suaranya. Gadis itu berbicara kepadanya dalam bahasa asli Aztec:

"Nopiltzin, campa tiauh?" Demikian gadis itu berkata "Juan, anakku yang paling kecil mungil, hendak kemana engkau pergi?"

Juan menjawab, "Bunda dan puteri, aku sedang bergegas ke Tlaltelolco untuk menghadiri Misa Kudus dan mendengarkan Injil."

Wanita itu lantas berkata: "Puteraku yang baik, aku mengasihimu. Aku ingin engkau tahu siapa aku. Aku adalah Maria Perawan Abadi, Bunda Allah yang sejati yang memberi hidup dan memeliharanya. Dia menciptakan segala hal. Dia ada di segala tempat. Dia adalah Tuhan dari langit dan bumi. Aku menginginkan sebuah teocali (=kuil atau gereja) di tempat ini dimana aku akan menunjukkan belahkasihku kepada kaummu dan kepada semua orang yang dengan tulus hati meminta pertolonganku dalam kerja dan kesulitan mereka. Disini, aku akan melihat air mata mereka. Aku akan menghibur mereka dan mereka akan merasakan kedamaian. Oleh karena itu sekarang pergilah ke Tenochtitlan (=Kota Meksiko) dan katakan kepada Bapa Uskup semua yang telah kamu lihat dan dengarkan."

Juan menjatuhkan diri berlutut keras-keras diatas batu cadas ketika sang Perawan mengatakan kepadanya siapa dirinya, akan tetapi meski demikian dia tidak merasakan sakit sedikitpun. Dia menyungkurkan dirinya di kaki Bunda Maria dan menjawab:

"Bunda yang mulia, aku akan melakukan apapun yang engkau titahkan kepadaku!" Maka berangkatlah dia. Sembari berlari-lari menuruni bukit, terpikirkan olehnya bahwa apa yang diminta oleh Bunda Maria bukanlah suatu perkara kecil. Pertama-tama jarak yang ditempuh sekitar 8 kilometer cukup melelahkan bagi seorang yang sudah berusia 57 tahun. Selain itu, terpikirkan juga apa yang mungkin akan dilakukan oleh para tentara dan tukang pukul Spanyol yang melihat dirinya orang miskin papa yang hina, yang berani datang ke kota besar. Ditambah lagi masalah mencari tempat tinggal sang Uskup, karena dia sama sekali tidak tahu dimana letaknya. Setelah melalui berbagai kesulitan, akhirnya Juan Diego berhasil menemukan tempat sang Uskup, dan setelah diperlakukan secara kasar oleh para pelayan, dia akhirnya diperbolehkan masuk ke dalam untuk menemui sang Uskup.

Uskup Don Fray Juan de Zumarraga sebetulnya baru terpilih dan belum dikonsekrasikan sebagai Uskup. Tetapi dia telah melakukan banyak hal terutama mengurangi perlakuan kasar para Konquistador (penakluk) Spanyol, terhadap orang-orang suku Indian, dan beliau sangat dihormati. Dia menemui Juan Diego setelah waktu yang cukup lama, karena dia sendiri baru diberi tahu tentang kedatangan Juan setelah tertunda waktu yang lama. Agaknya seseorang akhirnya memutuskan untuk memberi tahu sang Uskup mengenai orang dusun yang sedang menunggu-nunggu kehadirannya dengan sebuah pesan yang hanya boleh disampaikan kepada bapa Uskup pribadi. Dengan sopan bapa Uskup mendengarkan kisah yang dituturkan oleh Juan lewat seorang penterjemah, dan beliau terkesan oleh ketulusan dan kerendah-hatian Juan Diego. Dia menanyakan Juan sejumlah pertanyaan, dan puas akan kenyataan bahwa Juan adalah seorang yang telah mendapat katekis yang baik.Tetapi pesan yang dibawa oleh Juan menyangkut permintaan mendirikan sebuah bangunan gereja di tengah-tengah tanah tandus sulit untuk diterima akal sehat. Dia mengatakan kepada Juan bahwa dia akan memikirkannya dan bahwa mereka akan melanjutkan percakapan nantinya.

Hari sudah malam ketika Juan mencapai tanah tandus di bukit dimana dia melihat Bunda Maria menampakkan dirinya, dan dia sangat lelah dan lapar, karena telah berpuasa sejak matahari terbenam sehari sebelumnya. Bahkan mungkin dia juga sangat sedih karena misinya gagal. Setelah mendaki bukit itu, dia terkejut melihat Bunda Maria berada disana sedang menunggunya. Bunda Allah telah menunggunya selama ini sendirian di atas bukit tandus itu! Dia menjatuhkan dirinya berlutut dan berkata:

"Bunda dan Ratu yang baik, aku melakukan titahmu. Aku memberitahukan kepada Bapa Uskup tentang segala hal yang telah kulihat dan kudengar disini. Dia mendengarkan, dan menanyakan banyak pertanyaan, tetapi aku yakin bahwa beliau tidak percaya segala hal yang kukatakan. Dia berpendapat bahwa aku telah salah sangka tentang keinginanmu untuk sebuah bangunan gereja disini, dan bahkan tentang siapa sebenarnya yang aku lihat dan bercakap-cakap disini. Dia berbaik hati memberi ijin kepadaku untuk menemuinya kembali, tetapi aku khawatir bahwa aku tidak bisa berbuat lebih jauh. Aku tidak layak menerima kepercayaanmu dengan pesan yang penting itu. Mohon kirim orang lain yang lebih layak, karena aku bukan siapa-siapa. Maafkan keterus-teranganku dalam menasihatimu."

Sang Perawan Maria berkata: "Dengarkan putera mungilku. Ada banyak orang lain yang bisa aku kirim. Tetapi engkaulah yang aku pilih untuk menjalankan tugas ini. Maka esok pagi berangkatlah kembali menemui Bapa Uskup. Katakanlah kepadanya bahwa Perawan Maria-lah yang mengirim engkau, dan ulangi permintaanku untuk mendirikan sebuah gereja di tempat ini."

"Aku akan melakukannya dengan rela," Juan menjawab, "tetapi aku khawatir Bapa Uskup tidak akan senang melihat aku kembali secepat ini. Dan kalaupun dia senang, dia mungkin tetap saja tidak akan percaya bahwa engkaulah sungguh-sungguh yang mengutus aku. Tetapi aku adalah pelayanmu dan akan menuruti segala kehendakmu. Esok aku akan kembali ke sini untuk memberitahukan hasil kunjunganku yang kedua kalinya. Bunda yang mulia, beristirahatlah sampai nanti."

Pada pagi hari berikutnya Juan bangun pagi-pagi sekali dan pergi ke Misa Kudus, dan setelah Misa selesai dia melanjutkan perjalanan ke kota Meksiko. Agaknya setelah dimarahi akibat sikap kasar mereka sehari sebelumnya, kali ini para pelayan membolehkan dia langsung menemui Uskup. Sang Uskup sangat terkejut melihat dia datang kembali begitu cepatnya, dan begitu pagi-pagi sekali, tetapi dia mendengarkan dengan sabar dan baik hati, cerita itu untuk kedua kalinya, dan betapa besar keinginan sang Perawan agar sebuah gereja didirikan di atas bukit. Agaknya surga telah memenuhi pikiran sang Uskup, sehingga dia mulai percaya bahwa Juan tidak salah paham ataupun membuat-buat cerita ini. Dia membutuhkan suatu bukti. Tetapi bukti apa?

Dengan agak ragu-ragu, karena tidak ingin menimbulkan kesan bahwa dia mempertanyakan motivasi Bunda Surgawi, dia meminta Juan untuk menyampaikan kepadanya bahwa dia dengan rendah hati meminta suatu tanda yang akan menjadi bukti bahwa sungguh-sungguh Bunda Maria sendirilah yang membuat permohonan ini. Juan merasa lega hatinya karena setidaknya kali ini dia mendapat suatu kemajuan karena dia tidak segera dikirim pulang kali ini, dan dia melanjutkan kembali ke bukit seperti yang telah dia janjikan sebelumnya.

Setibanya disana, sekali lagi karena melihat sang Perawan telah berada disana menunggunya, dia segera berlutut dan mengatakan kepadanya bahwa bapa Uskup telah menemuinya dan mendengarkan dengan lembut, tetapi bahwa dia meminta sebuah tanda sebelum gereja bisa dibangun. Dengan kesabaran seorang ibu, Maria mendengarkan, dan bukannya merasa tidak senang, malah beliau agaknya senang. Dia berkata:

"Baiklah, putera kecilnya. Kembalilah besok saat menjelang fajar. Aku akan memberimu suatu tanda baginya. Engkau telah mendapat banyak kesulitan karena permintaanku, dan aku akan memberimu upah oleh karenanya. Pergilah dalam damai dan beristirahatlah."

Bukannya pulang ke rumah, Juan langsung pergi menemui pamannya. Dia terkejut setibanya disana, karena mendapatkan pamannya telah terinfeksi penyakit demam yang menular dan mematikan yang telah sering dilihat oleh Juan. Dia tidak beristirahat, malahan melakukan segala hal yang bisa dilakukannya untuk mengurusi paman yang sedang menderita sakit keras. Sepanjang malam itu, siang hari berikutnya, dan malam hari berikutnya, Juan menunggui sang paman disamping ranjangnya. Pada hari Selasa pagi, kondisi Juan Bernardino membruk, dan dia tahu bahwa dia mungkin tidak dapat bertahan bahkan sehari lagi. Dia meminta keponakannya untuk memanggil seorang imam supaya dia dapat menerima Sakramen Pengurapan orang sakit. Juan Diego akhirnya mengalah, dan meskipun dia sesungguhnya tidak ingin meninggalkan pamannya sendirian meregang maut, dia menyadari bahwa mungkin ini satu-satunya hal yang bisa dilakukan bagi pamannya.

Untuk memanggil seorang imam, Juan harus pergi ke Tlaltelcolco. Untuk pergi ke Tlaltelcolco, dia harus pergi memutari wilayah bukit Tepeyac. Karena dia telah melihat Bunda Maria di sisi barat, maka kali ini dia akan pergi melintasi sisi timur dengan harapan supaya Bunda Maria tidak melihatnya dan lantas membuatnya tertunda, karena setiap saat adalah waktu yang berharga demi mendapatkan Sakramen Pengurapan bagi pamannya. Begitu besar rasa kasihnya kepada sang paman, sehingga dia lebih rela menunda bertemu dengan Bunda Maria demi untuk mengurusi keperluan pamannya! Tetapi dia baru saja akan melintasi sisi timur ketika dia melihat Bunda Maria menuruni bukit.

Sewaktu berjalan menemui Bunda, pasti rasa malunya luar biasa besarnya. Untuk menyembunyikan perasaannya, seperti seorang anak kecil, Juan Diego mencoba untuk merubah topik pembicaraan. Dengan Juan berlutut dihadapannya, Bunda Maria bertanya, "Puteraku yang mungil, ada masalah apa?" Juan ,emkawab dengan sembarangan, "Bunda! Mengapa engkau bangun begitu pagi-pagi sekali? Apakah engkau baik-baik saja?" Menyadari kebodohannya, segera dia meminta maaf, "Maafkan aku. Pamanku menjelang ajal karena demam cocolistle dan memintaku untuk memanggil seorang imam untuk memberikan Sakramen Pengurapan kepadanya. Bukan janji kosong belaka yang kuucapkan bahwa aku akan menemuimu kemarin pagi dan membawa tanda yang akan engkau berikan kepada bapa Uskup. Tetapi pamanku sakit keras."

Dengan tersenyum, Maria menjawab, "Puteraku yang mungil. Jangan khawatir dan terbeban. Bukankah aku ini adalah ibumu? Tidakkah engkau berada dalam perlindunganku? Pamanmu tidak akan meninggal saat ini. Pada saat ini juga kesehatannya telah pulih. Tidak ada gunanya engkau melanjutkan perjalananmu, dan dengan hati damai engkau bisa melakukan permintaanku. Pergilah ke puncak bukit; potonglah bunga-bunga yang tumbuh disana dan bawalah kepadaku."

Bunga-bunga? Tidak mungkin ada bunga-bunga yang tumbuh pada saat ini di akhir tahun di bukit yang dingin beku itu! Akan tetapi tidak mungkin juga kesehatan pamannya bisa pulih dalam sekejap. Oleh karena itu Juan Diego tidak lagi bertanya-tanya dan langsung naik ke puncak bukit menuruti petunjuk Bunda Maria. Di atas puncak bukit dilihatnya suatu pemandangan yang tidak dapat dipercaya. Bunga-bunga mawar!!! Bunga Mawar Kastilian (dari Spanyol) ! Dia memotong tangkai bunga-bunga tersebut, lantas untuk melindungi dari angin dingin, dia meletakkannya di dalam tilma yang dipakainya. Tilma adalah semacam jubah khas Indian yang dipakai di bagian depan dan seringkali digunakan untuk membawa benda-benda. Dengan berlari-lari dia menuruni bukit dan menemui sang Perawan dan berlutut didepan Bunda Surgawi.

Maria tidak puas dengan cara bunga-bunga tersebut diletakkan di dalam tilma dan dengan cermat dia mengatur setiap tangkai bunga dengan kedua tangannya, dan kemudian menyimpulkan kedua ujung tilma supaya isinya tidak tertumpah.

Lalu dia berkata, "Engkau lihat, putera kecil, ini adalah tanda yang aku kirim kepada Uskup. Katakan kepadanya bahwa sekarang dia mendapatkan tanda yang dimintanya, maka dia harus membangun gereja yang kuminta di atas tempat ini. Jangan biarkan orang lain kecuali dirinya melihat apa yang engkau bawa. Peganglah kedua sisinya sampai engkau tiba di hadapannya dan selesai menceritakan tentang bagaimana aku mencegat engkau dalam perjalananmu untuk memanggil seorang imam untuk memberikan Sakramen Pengurapan kepada pamanmu, dan betapa aku meyakinkanmu bahwa dia telah pulih sepenuhnya dan selanjutnya mengirimmu ke atas bukit untuk memotong bunga-bunga mawar ini, dan aku sendiri yang mengaturnya seperti ini. Ingatlah, puteraku yang mungil, bahwa engkau adalah dutaku yang kupercaya, dan kali ini bapa Uskup akan percaya apa yang engkau ceritakan kepadanya."

Saat itu adalah untuk terakhir kalinya Juan Diego melihat atau mendengar Bunda Maria sepanjang sisa hidupnya di dunia.

Dengan memegang erat-erat bawaannya yang berharga, Juan tiba di tempat tinggal bapa Uskup. Meskipun dia berusaha menyembunyikan apa yang dibawanya di balik tilmanya, akan tetapi wangi mawar surgawi yang menyengat memenuhi udara disekitarnya. Para pelayan membolehkan dia masuk, tetapi mereka menjadi sangat ingin tahu akan apa yang dia bawa, tertama setelah mencium wangi harum bunga mawar. Merekapun mulai mendesak-desak Juan untuk memberitahukan apa yang ada di balik tilmanya, dan beberapa bunga menjadi tampak kelihatan. Ketika para pelayan menyentuh mawar-mawar tersebut, mereka berubah rupa dan lenyap. Keributan yang ditimbulkannya membuat sang bapa Uskup datang bergegas untuk melihat apa yang terjadi.

Melihat Juan untuk kesekian kalinya dan kembali begitu cepatnya tentu membuat sang Uskup menjadi lelah berurusan dengan orang dusun yang sederhana ini, dan dia segera menyuruh Juan Diego untuk masuk ke ruangannya, bersama-sama beberapa pengurus rumah tangga sang Uskup. Berdiri di hadapan Uskup, dia tidak berani berlutut karena khawatir bunga-bunganya akan tertumpah keluar sebelum dia selesai menceritakan kisahnya seperti yang telah diperintahkan oleh Bunda Maria. Juan kembali menceritakan apa yang telah dilihatnya dan didengarnya. Setelah dia selesai, Juan membuka simpul-simpul pada tilmanya dan menumpahkan bunga-bunga yang telah diatur secara hati-hati tersebut ke atas lantai. Hanya dalam waktu beberapa detik, bapa Uskup bangkit dari kursinya dan berlutut di depan kaki Juan Diego. Juan berpikir, "Apa-apaan ini?" Tetapi bukan dia yang membuat bapa Uskup dan orang-orang itu berlutut, tetapi bahwa Bunda Maria telah menyatakan rupanya dalam gambar yang muncul pada tilma yang dikenakan oleh Juan Diego. Gambar yang muncul secara mukjijat pada tilma Juan Diego adalah rupa Maria yang sama persis ketika dia menampakan dirinya kepada Juan Diego. Sekarang rupa penampakannya yang mulia bisa dilihat oleh semua orang!

Dengan penuh hormat, bapa Uskup membawa gambar tersebut ke kapel pribadinya dan menggantung tilma tersebut di dinding di dekat altar dimana banyak orang berdoa dan takjub selama berjam-jam. Pada hari berikutnya gambar Bunda Maria tersebut dibawa dalam suatu prosesi yang gegap gempita ke katedral dimana banyak orang datang melihat dan berdoa di hadapannya. Berita tersebut tersebar dengan cepat dan beribu-ribu orang menunggu berjam-jam untuk mendapat kesempatan melihat secara sekilas mukjijat ini. Sementara seisi kota merayakan hal itu, sang bapa Uskup, yang sekarang sudah sepenuhnya percaya, menanyakan Juan Diego dimana Bunda Maria meminta suatu gereja dibangun dan beliaupun berangkat kesana. Meskipun tempat tersebut sama sekali tidak indah, dan tidak lagi ditemui mawar yang sebelumnya tumbuh disana, segala hal ini tidak menjadi soal sekarang. Semua keragu-raguan sudah lenyap. Bapa Uskup menyuruh Juan Diego untuk menemui pamannya dan dia sendiri lantas memberkati tanah di sana dan segera bergegas untuk membangun suatu gereja disana.

Sekembalinya Juan ke kampungnya, dia melihat pamannya sedang menikmati sinar matahari di depan rumahnya, sehat seperti sediakala, dan berlari-lari untuk menyongsongnya, ingin segera menceritakan apa yang terjadi padanya. Akan tetapi pamannya lebih dahulu bercerita bahwa ketika itu dia sangat lemah sehingga untuk minumpun tidak mampu dan dia merasa kematian sudah diambang pintu. Tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi oleh seberkas cahaya, dan seorang gadis muda yang sangat cantik muncul dan mengatakan bahwa dia akan sembuh, dan bahwa dia telah mencegat keponakannya, Juan Diego, untuk mengutusnya mengirimkan gambar dirinya kepada bapa Uskup. Dia lantas mengatakan kepada Juan Bernardino bahwa dia berkeinginan supaya dirinya maupun gambar dirinya disebut dengan sebutan "Santa Maria de Guadalupe." Setelah dia pergi, sang paman merasakan bahwa dirinya sehat sediakala.

Guadalupe! Betapa Allah mengenal umat-Nya! Pertama, kata ini memiliki makna yang mendalam bagi orang-orang Spanyol. Guadalupe adalah nama yang diberikan bagi sebuah patung kecil Santa Maria di kota Saracenic, Spanyol, dan adalah patung dimana Columbus pernah berdoa dihadapannya, di dalam kapalnya yang bernama Santa Maria, sebelum ia berangkat dalam perjalanannya yang legendaris. Bagi orang Aztec, kata-kata ini juga punya makna yang mendalam. Meskipun bahasa asli Aztec, Nahuatl, tidak memiliki huruf "G", "D", atau "R", "Santa Malia" - demikian mereka mengucapkan kata "Maria", sangat mereka kenal. Bernardino kemungkinan besar mengulang kata-kata Bunda Maria sebagai "de Quatlashupe" yang dengan mudah dimengerti oleh orang-orang Spanyol sebagai Guadalupe. Akan tetapi bagi Bernardino sendiri sebagai seorang suku Aztec, kata yang diucapkan oleh Bunda Maria lebih terdengar sebagai "tetcoatlaxopeuh", yang punya makna khusus karena artinya tidak lain adalah Ular Batu. Maria menyatakan bahwa dirinya telah mengalahkan dewa jahat, seekor ular, "Quetzalcoatl", yaitu dewa yang disembah oleh orang-orang Aztec. Banyak orang telah dipersembahkan nyawanya sebagai kurban bagi dewa ini. Tidak hanya namanya, bahkan dalam gambar Bunda Maria tersebut, awan, matahari, bintang-bintang, bulan hitam, salib hitam, semuanya ini memiliki makna khusus bagi orang-orang Aztec. Tetapi mereka menyambut iman Katolik dengan sepenuh hati dan percaya bahwa Bunda Maria telah menaklukkan sang ular. Meski Gereja Katolik baru saja kehilangan sekitar 6 juta pengikutnya di Eropa karena pecahnya reformasi Prostestan, tetapi di Amerika sekitar 8 juta orang menerima iman Katolik oleh satu saja penampakan Maria, yaitu Guadalupe.

Gambar Bunda Maria dari Guadalupe yang muncul secara mukjijat tersebut telah menjadi sasaran berbagai penelitian ilmiah. Pertama-tama patut diketahui bahwa tilma itu terbuat dari serat kasar kaktus yang tidak tahan lama dan semestinya sudah hancur dalam kurun waktu sekitar 20 tahunan. Akan tetapi tilma yang bergambar Bunda Maria tersebut umurnya sudah nyaris 500 tahun dan kondisinya masih utuh. Meskipun sekarang dipamerkan dibalik kaca, akan tetapi sepanjang ratusan tahun tilma tersebut dipamerkan secara terbuka, bahkan ada saat-saat dimana tilma itu dipamerkan di dekat jendela. Tidak seorangpun bisa menjelaskan bagaimana gambar yang begitu mendetail bisa "dilukis" pada sehelai kain yang anyamannya kasar. Bagian mata, khususnya pada pupil mata dan warnanya, sangat mendetail sehingga seolah-olah merupakan sebuah foto. Tidak seorang ahlipun bisa menyebutkan zat warna/cat apa yang dipakai untuk membuat gambar tersebut. Bahan yang dipakai tidak diketahui asal-usulnya dan hasil analisa kimia juga membingungkan para ahli.

Belum lama ini, riset fotografi NASA (badan luar angkasa Amerika Serikat) menyatakan bahwa pada bagian mata, tidak hanya warna dan pupil yang tampak nyata, tetapi bahkan pantulan refleksi. Pada pantulan refleksi itu bisa dilihat gambar orang-orang yang sedang berlutut, sebagian tampak adalah orang-orang suku Indian, sementara sebagian lainnya berjubah imam. Lebih jauh lagi pantulan refleksi ini muncul dengan cara sedemikian rupa sehingga cocok sepenuhnya seperti layaknya pantulan yang ada pada mata manusia sungguhan. Riset juga menunjukkan eksistensi saluran dan pembuluh kapiler darah pada mata. Ini adalah suatu hal yang tidak mungkin dilakukan oleh artis seniman manapun juga. Tidak mungkin orang bisa melukis sedetail ini, pada bahan yang sekasar itu, dan dengan warna-warni yang tak seorangpun tahu terbuat dari bahan apa. Kalau hal-hal diatas belum cukup mengejutkan, para ahli astronomi Perancis telah menyatakan bahwa letak bintang-bintang pada mantel Bunda Maria yang berwarna hijau, cocok sepenuhnya dengan letak konstelasi bintang-bintang di atas langit Meksiko pada bulan Desember 1531!!!

Diatas semua itu, mukjijat yang terbesar dari penampakannya bukanlah penguatan dari ilmu pengetahuan. Mukjijat yang terbesar adalah bahwa Maria begitu mengasihi Puteranya, dan para anak-anak spiritualnya di dunia, sehingga dia memilih seorang Indian yang sederhana untuk mewartakan kabar keselamatan kepada satu benua, dan dengan demikian, membawa berjuta-juta rakyat asli benua Amerika ke dalam iman Katolik. Kalaupun suatu waktu tilma Bunda Maria dari Guadalupe lapuk dimakan jaman, mukjijat pertobatan jutaan penduduk asli Amerika yang masuk Katolik akan selalu bersama-sama dengan kita, sampai ke akhir jaman.

Pada tanggal 12 Desember, Gereja merayakan pesta Santa Maria dari Guadalupe. Meskipun pesta ini bukan pesta yang dirayakan secara universal seperti layaknya pesta Maria Yang Dikandung Tanpa Noda setiap tanggal 8 Desember, tetapi di berbagai negara pesta Our Lady of Guadalupe adalah suatu pesta yang dirayakan secara besar-besaran. Gereja juga mengangkat Santa Maria dari Guadalupe sebagai: Santa pelindung seluruh Amerika, Santa pelindung janin-janin dalam kandungan dan sebagai Santa pelindung Filipina. Santa Maria dari Guadalupe, doakanlah kami...


Selasa, 16 Maret 2010

Devosi Jalan Salib


Devosi Jalan Salib memang telah berakar lama dalam Gereja Katolik, yang diawali dengan tradisi para peziarah yang mengunjungi Yerusalem. Sejak abad keempat, jaman Kaisar Konstantin, para peziarah telah mempunyai tradisi berdoa merenungkan sengsara Yesus melalui jalan yang sekarang dikenal dengan Via Dolorosa, walaupun pada masa itu belum disebut demikian. Tradisi tersebut didukung oleh adanya penampakan Bunda Maria di sana, dan juga pengajaran dari St. Jerome.
Namun secara lebih meluas, tradisi Jalan Salib ini mulai berkembang pesat setelah beberapa tempat di Yerusalem dipercayakan kepada ordo Fransiskan pada tahun 1342. Maka setelah itu dikenal beberapa versi Jalan Salib, seperti yang ditetapkan oleh Alvarest Yang Terberkati (1420), Eustochia, dan Emmerich (1465) dan Ketzel.
Seiring dengan perkembangan waktu, maka kita melihat banyak Bapa Paus yang menganjurkan Doa Jalan Salib, karena ini merupakan cara doa yang paling mudah untuk menghayati kisah sengsara Yesus dan pengorbanan-Nya di kayu salib. Bapa Paus yang menganjurkan Jalan Salib ini adalah Paus Innocent XI (1686), Innocent XII (1694), Benedict XIII (1726), Clementius XII (1731), Benediktus XIV (1742).
Ke 14 perhentian Jalan Salib yang telah disetujui oleh pihak otoritas Gereja Katolik adalah:
1. Yesus dijatuhi hukuman mati
2. Yesus memikul salib ke gunung Golgotha
3. Yesus jatuh untuk pertama kalinya
4. Yesus berjumpa dengan Bunda Maria, Ibu-Nya
5. Simon dari Kirene membantu memikul salib Yesus
6. Veronika mengusap wajah Yesus
7. Yesus jatuh untuk yang kedua kalinya
8. Yesus menghibur wanita-wanita yang menangis
9. Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
10. Pakaian Yesus ditanggalkan
11. Yesus dipaku pada kayu salib
12. Yesus wafat di kayu salib
13. Yesus diturunkan dari kayu salib
14. Yesus dimakamkan